Teknologi GPS atau Global Positioning System umumnya digunakan untuk
keperluan menavigasi arah saat berkendaraan atau bepergian. Di dunia
kedokteran, alat ini juga bisa amat bermanfat untuk menavigasi dokter
saat melakukan operasi.
Teknologi ini ternyata dapat membantu dokter mengarahkan target operasi dengan akurat. Profesional medis di Massachusetts General Hospital mencobanya untuk mengobati fibrilasi atrium, yaitu kelainan detak jantung yang paling sering ditemui.
"Kami melakukannya hari ini untuk pertama kalinya, ini belum pernah dilakukan sebelumnya," kata dr Moussa Mansour, direktur Laboratorium Elektrofisiologi Jantung dan Program Fibrilasi Atrium di Massachusetts General Hospital seperti dilansir CBS News, Sabtu (9/2/2013).
Ketika terjadi atrial fibrilasi, jantung mengirim sinyal dengan cepat ke atrium atau ruang atas jantung. Detak jantung jadi cepat dan tak teratur. Darah yang berkumpul di atrium tidak dipompa ke ventrikel atau ruang bawah jantung. Akibatnya penderita merasa kelelahan dan sesak napas.
Gangguan ini dapat terjadi sesekali atau berkelanjutan selama beberapa tahun. Tiap kali muncul, gangguan ini bisa merusak tubuh. Fibrilasi atrium dapat meningkatkan risiko stroke dan menyebabkan nyeri dada atau gagal jantung kongestif.
Diperkirakan ada 2,66 juta orang yang memiliki kondisi ini di seluruh dunia. Risikonya meningkat seiring pertambahan usia. Untuk mengobati gangguan tersebut, pasien harus menjalani beberapa kali pemeriksaan sinar X. Padahal penyinaran tersebut jika terlalu banyak dapat menyebabkan kanker.
Oleh karena itu, dokter menggunakan alat yang disebut Mediguide, yaitu gabungan teknologi sinar X dengan GPS. Alat ini memungkinkan dokter meletakkan kateter dari kaki menuju jantung untuk mengatasi gangguan fibrilasi atrium. Dengan cara ini, paparan radiasi sinar X bisa dikurangi hingga 90 persen.
"Harapannya dengan sistem baru ini kita akan mendapatkan manfaat dari pemeriksaan dengan risiko paparan radiasi yang minim," kata Mansour.
Teknologi ini ternyata dapat membantu dokter mengarahkan target operasi dengan akurat. Profesional medis di Massachusetts General Hospital mencobanya untuk mengobati fibrilasi atrium, yaitu kelainan detak jantung yang paling sering ditemui.
"Kami melakukannya hari ini untuk pertama kalinya, ini belum pernah dilakukan sebelumnya," kata dr Moussa Mansour, direktur Laboratorium Elektrofisiologi Jantung dan Program Fibrilasi Atrium di Massachusetts General Hospital seperti dilansir CBS News, Sabtu (9/2/2013).
Ketika terjadi atrial fibrilasi, jantung mengirim sinyal dengan cepat ke atrium atau ruang atas jantung. Detak jantung jadi cepat dan tak teratur. Darah yang berkumpul di atrium tidak dipompa ke ventrikel atau ruang bawah jantung. Akibatnya penderita merasa kelelahan dan sesak napas.
Gangguan ini dapat terjadi sesekali atau berkelanjutan selama beberapa tahun. Tiap kali muncul, gangguan ini bisa merusak tubuh. Fibrilasi atrium dapat meningkatkan risiko stroke dan menyebabkan nyeri dada atau gagal jantung kongestif.
Diperkirakan ada 2,66 juta orang yang memiliki kondisi ini di seluruh dunia. Risikonya meningkat seiring pertambahan usia. Untuk mengobati gangguan tersebut, pasien harus menjalani beberapa kali pemeriksaan sinar X. Padahal penyinaran tersebut jika terlalu banyak dapat menyebabkan kanker.
Oleh karena itu, dokter menggunakan alat yang disebut Mediguide, yaitu gabungan teknologi sinar X dengan GPS. Alat ini memungkinkan dokter meletakkan kateter dari kaki menuju jantung untuk mengatasi gangguan fibrilasi atrium. Dengan cara ini, paparan radiasi sinar X bisa dikurangi hingga 90 persen.
"Harapannya dengan sistem baru ini kita akan mendapatkan manfaat dari pemeriksaan dengan risiko paparan radiasi yang minim," kata Mansour.